BOOM!!
Sewaktu saya menulis hal ini, sedang ramai diperbincangkan di sosial media, televise, Youtube, dll mengenai kasus Audrey dari Pontianak. Apakah Anda masih ingat dengan kasus ini? Apakah Anda ikut serta menandatangani petisi yang secara aktif dibagikan lewat jaringan internet? Apakah Anda adalah salah satu orang yang merasa geregetan, jengkel, sedih, kecewa? Apakah Anda ikut juga membagikan kasus ini di media sosial yang Anda miliki? Lalu bagaimana dengan saya? Ya… sayang sekali jawaban Anda kurang tepat. Mengetahui dan membaca lebih lanjut mengenai masalah ini lewat Twitter lalu saya gerilya ke Youtube dan mencoba untuk mencari beritanya dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Sudah banyak berita panas atau berita viral yang kita terima, baca, lihat, teruskan, tapi apakah Anda pernah bertanya-tanya dari mana asal video atau berita tersebut? Apakah itu semua nyata? Atau bisa saja dibuat-buat oleh beberapa pihak yang memiliki kepentingan di balik viralnya sebuah berita? Saya hampir yakin beberapa waktu lalu Anda sempat mendengar atau membaca berita tentang seorang remaja 12 tahun yang dianiaya oleh gadis-gadis lain yang berusia 14 tahun yang menyebabkan influencer, celebgram, bahkan bapak Presiden turut menyimak kasusnya.
Kita sebagai manusia tidak akan pernah bisa benar-benar hidup sendiri. Sudah kodrat kita untuk membutuhkan orang lain, menemani, memberikan motivasi intinya sekedar teman ngobrol, memberikan dukungan materi dan spiritual ya… sepenting itu kehadiran orang lain dalam kehidupan kita walaupun tidak semua orang punya maksud baik. Hhhmmm apa yang terjadi pada Audrey membuat saya merenung dan berpikir, apakah hal ini baik-baik saja? Sejak dini kita diberikan pelajaran agama, budi pekerti, dan dalam hidup keseharian kita kerap kali mendengar nasihat dan petuah positif dari orang-orang di sekitar kita untuk hidup rukun lah, toleransi lah, menghargai perbedaan lah, dan hal baik lainnya. Masihkah Anda ingat semuanya itu? Oh banyak yang lupa? Dan apakah saat Anda membaca kasus Audrey ini Anda merasa ada yang kurang dalam sistem pendidikan di negara kita? Tanpa bermaksud untuk tutup mata, perbedaan, perselisihan, pertengkaran akan selalu ada selama kita masih hidup. Kenapa begitu? Ya, karena kita masih manusia kita tidak mungkin selalu bersama dengan orang-orang yang satu pendapat dan berada pada kondisi yang baik-baik saja. Many things happened seperti juga kasusnya Audrey, saat membaca kolom HannaPas ini mungkin Anda sudah agak lupa dengan kasus yang sempat viral tersebut tapi tidak dengan diri Audrey, keluarganya, orang tua, dan saudaranya.
Kalau Anda pernah jatuh terantuk batu atau pernah mengalami kecelakaan kendaraan bermotor apakah bekas lukanya masih ada? Atau Anda masih ingat bagaimana sakitnya saat Anda jatuh? Tapi paling tidak luka itu sudah kering, bekasnya Anda bisa membeli salep dengan harga mahal untuk meyamarkan bekas lukanya. Tapi tidak semudah itu dengan luka batin. Pernah menerima perkataan ynag menyakitkan dari orang lain atupun dari orang terdekat kita, yes.. Rasa sakitnya masih begitu nyata saat kita mengingatnya. Atau kita pernah mengalami penolakan mungkin kita pernah suka atau naksir dengan seseorang dan kabar buruknya orang tersebut tidak memiliki rasa yang sama dengan kita. Itu sangat menyakitkan, indeed.. saya ulangi sekali lagi itu sangat menyakitkan bahkan kalau kejadiannya sudah lama, kita akan masih mengingatnya sampai sekarang. Luka di hati dengan luka di badan beda cara untuk memulihkannya. Sakit yang seperti ini bukan hanya untuk korban tapi berlaku juga untuk pelaku, sebagaimanapun kasus ini sangat ramai diperbincangkan kita sebagai warga negara yang cerdas dan kritis sebaiknya tidak memandang atau terlalu memihak pada salah satu entah itu korban atau pelaku. Ya, saya tahu berjuta orang menandatangani petisi untuk mendukung korban dan mendukung kasus ini sampai ke meja hijau dan segera dituntaskan. Sejujurnya dalam setiap permasalahan pasti ada dua belah pihak yang terlibat entah korban atau pelaku pasti mengambil porsi masing-masing. Bukan berarti saya tidak menaruh simpati dan empati pada korban tapi yang lebih mencuri perhatian saya adalah bagaimana anak atau remaja berperilaku seperti itu untuk menyelesaikan masalah, apakah Anda memiliki keprihatinan yang sama dengan saya?
Kita memang tidak terlibat secara langsung dalam kasus Audrey tapi ini adalah masalah luka batin yang tidak boleh dianggap remeh, baik luka batin pelaku maupun korban. Setiap dari kita pasti punya luka batin masing-masing dan yang mengambil porsi besar untuk memulihkannya adalah diri kita sendiri. Kalau memang kita menginginkan suasana keluarga yang lebih hangat lagi, kehidupan pribadi yang lebih baik lagi, situasi negara yang lebih kondusif, pulihkan segera luka batin Anda dan stop membuat luka batin orang lain. Mari kita ciptakan generasi yang bebas luka batin. Spread the love!
sumber gambar: peristiwa.online |
No comments:
Post a Comment