MEMAKSIMALKAN RELASI DALAM KELUARGA


Maz 112:1-9 - Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumiangkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya. Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil. Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya.Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya. Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN. Hatinya teguh, ia tidak takut, sehingga ia memandang rendah para lawannya. Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.

Ayat diatas adalah potret rumah tangga yang diberkati oleh Tuhan. Kunci kebahagiaan dan keperkasaan mereka adalah takut akan Tuhan dan sangat suka kepada segala perintah Tuhan. Tuhan ingin agar keluarga-keluarga Tuhan perkasa di muka bumi, diberkati, menjadi berkat, diingat selamanya, tetap tenang menghadapi segala macam tantangan dan memancarkan kemuliaan.  
Memang hanya melalui keluargalah Tuhan memberkati kita. Oleh sebab itu ada  3 hal bagaimana memaksimalkan relasi dalam keluarga : 
  1. KEBERHARGAAN NILAI RELASI ORANGTUA DAN ANAK.
    Menempatkan hubungan orangtua anak sebagai hal yang sangat penting sehingga tidak akan dikorbankan demi apapun.
    1Tim 5:8 Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.
Bagi Tuhan merawat keluarga jauh lebih penting daripada prestasi pelayanan atau karir kita. Sehebat apapun kita di dunia pelayanan ataupun karir, jika hal itu malah mengorbankan keluarga, maka firman Tuhan berkata : orang itu disebut murtad dan lebih buruk dari ateis. 
  1. KEBERHARGAAN NILAI WAKTU BERELASI
    Ef. 5:15-17 - Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.
Waktu berjalan begitu cepat. Jalanilah waktu bersama anak-anak. Jalani dengan baik dan belajarlah untuk menjadi dewasa bersama, baik bagi orangtua maupun anak-anak. Jangan sampai kita kehilangan moment kebersamaan kita bersama anak-anak, dan akhirnya kita mendapati posisi kita dalam kondisi terlambat.
  1. KEBERHARGAAN NILAI PERUBAHAN MENGEMBANGKAN RELASI
    Segala sesuatunya bisa berubah, Demikian halnya kesalahan dan kegagalan anggota keluarga bisa berubah menjadi baik. Selalu ada kesempatan bagi semua anggota keluarga untuk bertumbuh sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Mungkin saat ini belum sempurna, tetapi hargai setiap usaha untuk berubah lebih baik.
Kol. 3:18-24 - Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.
----------------------
Sediakan waktu yang intens untuk mendengar cerita anak-anak kita. 
Renungkan tulisan dibawah ini:

Hutang kepada Anak

Tidak jarang, kita memarahi mereka saat kita lelah.... Kita membentak mereka, padahal mereka belum benar-benar paham kesalahan yang mereka lakukan. Kita membuat mereka menangis karena kita ingin lebih dimengerti dan didengarkan.

Tetapi, seburuk apapun kita memperlakukan mereka, segalak apapun kita kepada mereka, semarah apapun kita pernah membentak mereka...

-Mereka akan tetap mendatangi kita dengan senyum kecilnya
-Menghibur kita dengan tawa kecilnya...
-Menggenggam tangan kita dengan tangan kecilnya....

Seolah semuanya baik-baik saja, seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Mereka selalu punya banyak cinta untuk kita, meski seringkali kita tak membalas cinta mereka dengan cukup.

Kita bilang kita bekerja keras demi kebahagiaan mereka. Tetapi kenyataannya, merekalah yang justru membahagiakan kita dalam lelah, di sisa waktu dan tenaga kita. Kita merasa bahwa kita bisa menghibur kesedihan mereka atau menghapus air mata dari pipi-pipi kecil mereka…

Tetapi, sebenarnya kitalah yang selalu mereka bahagiakan. Merekalah yang selalu berhasil membuang kesedihan kita, melapangkan kepenatan kita, menghapus air mata kita.
Kita berhutang banyak pada anak-anak kita. 

Dalam 24 jam, berapa lama waktu yang kita miliki untuk berbicara, mendengarkan, memeluk, mendekap dan bermain dengan mereka? Dari waktu hidup kita bersama mereka, seberapa keras kita bekerja untuk menghadirkan kebahagiaan sesungguhnya di hari-hari mereka, melukis senyum sejati di wajah mungil mereka?

Tentang anak-anak, sesungguhnya merekalah yg selalu "lebih dewasa" & "bijaksana" daripada kita. Merekalah yang selalu mengajari dan membimbing kita menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya. Seburuk apapun kita sebagai orangtua, mereka selalu siap kapan saja untuk menjadi anak-anak terbaik yg pernah kita punya.

Kita selalu berhutang kepada anak-anak kita.
  • Anak-anak yg setiap hari menjadi korban dari betapa buruknya cara kita mengelola emosi.
  • Anak-anak yang terbakar residu ketidakbecusan kita saat mencoba menjadi manusia dewasa.
  • Anak-anak yang menanggung konsekuensi dari nasib buruk yang setiap hari kita buat sendiri.
  • Anak-anak yang barangkali masa depannya terkorbankan, gara-gara kita tak bisa merancang masa depan kita sendiri.



Tetapi mereka tetap tersenyum, mereka tetap memberi kita banyak cinta, mereka selalu mencoba membuat kita bahagia. Maka dekaplah anak-anakmu, tataplah mata mereka dengan kasih sayang & penyesalan, katakan kepada mereka:

  • "Maafkan untuk hutang-hutang yang belum terbayarkan"
  • Maafkan jika semua hutang ini telah membuat Allah tak berkenan. 
  • Maafkan, karena hanya pemaafan dan kebahagiaan kalianlah yang bisa membuat hidup ayah & ibu lebih baik dari sebelumnya.....Iya, lebih baik dari sebelumnya."

Peluklah anak-anak kita setibanya mereka di rumah

Ringkasan khotbah Pdt. Bambang Hengky, Minggu 19 Februari 2017

No comments:

Post a Comment