BELAJAR KASIH AGAPE
Kotbah Minggu, 5 Nopember 2017. Pdt. Bambang Hengky
Bulan November dan Desember kita akan banyak belajar tentang kasih
Agape, yaitu kasih yang sama seperti yang Yesus lakukan bagi kita. Kasih tanpa
syarat, yang rela berkorban demi kebaikan orang lain. Yesus sudah mencontohkan
jenis kasih ini dengan melakukannya 2000 tahun yang lalu. Melakukan agape tidak
sesederhana membicarakannya.
Yohanes 13:34-35 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."
Ada empat macam kasih : Agape, storge, filio, eros.
Standar kita adalah kasih agape (seperti Kristus mengasihi kita). Supaya dunia
tahu bahwa kita adalah murid-muridNya.
Mari kita renungkan tentang kasih agape ini, yang terdapat
dalam 1 Kor 13:1-12
Ayat 1-3 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.
menjelaskan bahwa tanpa kasih semuanya menjadi sia-sia dan tidak
berfaedah. Jika kita renungkan sungguh-sungguh kita akan menemukan betapa
sulitnya menggenapi ayat-ayat ini. Melakukan kasih agape memang sulit. Eros
arahnya lebih pada fisical need, filio pada social need, storge pada soul need.
Agape mengarah pada spiritual need, yang menuntut standar yang sangat tinggi.
Ayat 4-8 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
Mungkin kita tidak akan pernah menjumpai orang yang dengan
sempurna melakukan seluruh definisi kasih yang terdapat dalam diatas,. Kriteria
kasih dalam ayat-ayat ini sangat sulit untuk dilakukan sempurna. Hal ini
mengingatkan kita bahwa sebenarnya kita banyak melakukan kegagalan dalam
melakukan perintah Tuhan. Memang mudah jika kasih hanyalah menjadi teori saja,
padahal kasih baru akan berguna jika dilakukan bukan hanya dibicarakan. Dalam
Injil Yohanes 21:15-19 dikisahkan bahwa sebelumnya Petrus gagal dalam mencintai
Tuhan. Ia berjanji tidak akan menyangkal Yesus, bahkan percaya diri dan
bersumpah untuk itu. Tapi Yesus mengingatkan supaya ia jangan takabur. Dan
memang akhirnya Petrus menyangkal Tuhannya. Petrus sangat kecewa dengan dirinya
sendiri. Tapi setelah Yesus bangkit, Petrus mendapat anugerah dan kesempatan
kedua, Yesus datang menghampirinya. Saat ditanya Yesus apakah ia mengasihi
Yesus lebih dari yang lain ia berkata "benar Tuhan..." ini adalah
pengakuan rendah hati dari Petrus bahwa dia salah, Tuhanlah yang benar.
Yesus bertanya kepada Petrus : "Apakah engkau AGAPE dengan Aku?" Dan
Petrus dengan jujur menjawab, "Aku hanya bisa FILIO kepada-MU". Dan
Yesuspun berkata "Gembalakan domba-domba-Ku". Kepercayaan diberikan
kepada Petrus sekalipun ia tidak berkualifikasi untuk menerimanya... inilah kasih
agape.
Ayat 10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
Ayat ini menunjukkan pada kita bahwa kita ini memang tidak
sempurna, sehingga tidak bisa sempurna melakukannya. Tapi jika Sang Sempurna
(Tuhan Yesus) datang dalam hidup kita maka kita dimampukan untuk melakukan
kasih agape. Itulah anugerah.
Ada lima langkah dari anugerah kepada iman.
1. Menerima anugerah
2. Mengenali anugerah
3. Mengakui anugerah
4. Mengalami anugerah
5. Muncul iman
Ayat 11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Mari kita tafsirkan dari sudut pandang yang lain, yaitu bahwa
anak-anak memiliki pikiran yang terbuka, karena pikiran, perkataan, dan
perbuatannya sinkron. Sedangkan orangtua seringkali pikirannya tertutup.
Perbuatan dan perkataan yang dilakukan berbeda dengan yang dipikirkan.
Untuk belajar kasih agape, diperlukan pikiran yang terbuka seperti anak-anak.
Saat kanak-kanak, kasih Agape dan storge sangat kuat. Menjelang remaja, eros
dan filionya menguat. Jika tidak diingatkan maka agapenya akan hilang.
Ayat 12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
Selama kita masih hidup sekarang ini kita belum bisa sempurna
melakukan kasih agape, tapi sekecil apapun yang kita tahu tentang kasih,
cobalah lakukan sebaik-baiknya. Belajarlah dari Petrus tentang beberapa hal,
yaitu :
1. Kejujurannya, bahwa ia sudah gagal. Kita harus jujur banyak kegagalan yang
kita buat. Sadari itu dan bertekadlah untuk mulai berubah.
2. Lakukan yang kita bisa. Langkah demi langkah, asal ada perubahan yang lebih
baik.
3. Jika sudah berhasil sedikit, lakukan yang lain lagi dengan lebih baik lagi.
kotbah lebih lengkap, ikuti di:
sumber ilustrasi:
pexels.com
No comments:
Post a Comment