MISI DAN PANGGILAN KELUARGA


PANGGILAN KELUARGA
Panggilan lebih teknis, bersifat operasional. Misi keluarga hanya akan menjadi utopia jika dalam pelaksanaan teknisnya tidak dijalankan. Apa panggilan atau sisi teknis dari keluarga.

 
1. Mengenalkan jalan Tuhan kepada anggota keluarga
Kis 18:24-26 Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah.

Priskila dan Akwila membawa Apolos ke rumah (keluarga) dan menunjukkan kepadanya jalan Allah. Apolos seorang yang pandai tapi masih memerlukan pemuridan dalam rumah tangga. Orangtua  bertanggung jawab sepenuhnya pada anak-anaknya dalam hal menunjukkan jalan-jalan dan nilai-nilai kebenaran Firman Tuhan, sampai anak-anak mengenal Tuhan dengan benar. Hasil dari pemuridan Akwila dan Priskila adalah Apolos menjadi sangat berguna. Ia juga menjadi pribadi yang bisa bekerjasama, bukan hanya bekerja sendirian. 
Kis. 18:27 Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya.

Contoh lainnya Naomi dan Ruth. Ruth adalah keturunan bangsa Moab yang sudah ditolak Tuhan. Karena Moab sebagai keturunan Lot yang melakukan incest. Tapi Ruth mencicipi kehidupan keluarga Naomi. Dia mengenal jalan-jalan Tuhan di rumah Naomi. Sehingga Ruth memiliki komitmen untuk menyembah Tuhan yang disembah oleh keluarga Naomi. Bahkan melalui Ruth, lahir keturunan-keturunan yang luar biasa, bahkan Yesus datang ke dunia dengan lahir melalui garis keturunan ini. 

2. Menunjukkan Masa Depan.
Keluarga bertujuan untuk menunjukkan masa depan bagi semua anggotanya. Alkitab memberi contoh melalui kisah Yakub yang mempersiapkan Yusuf menjadi pemimpin di masa depan. Sejak kecil ayahnya mengenakan kepadanya jubah yang maha indah sebagai suatu nubuatan bagi Yusuf sebagai penguasa dimasa depan. Dalam didikan keluarga seperti itulah Yusuf bertumbuh. Saat Yusuf terpisah dari keluarganya, ia tetap takut Tuhan dan berhasil menggenapi rencana Tuhan dalam hidupnya. Bahkan ia berhasil memberi pengaruh besar dalam dunia politik dan menjadi penyelamat keluarga dan bangsanya.
Mari kita bicara tentang masa depan anak-anak kita, persiapkan sejak dini. Bentuk anak-anak kita untuk tetap hidup di jalan Tuhan dan siap menghadapi masa depan. Inspirasi anak-anak kita untuk membawa perubahan yang baik di semua bidang kehidupan : ekonomi, social, budaya, termasuk dunia politik.

3. Mendewasakan atau mematangkan keluarga.
Keluarga adalah tempat pendewasaan bagi semua anggotanya, suami, istri, anak-anak. Keluarga bukan hanya sebagai tempat pemanjaan, tetapi tempat mematangkan cara berpikir, bersikap dan berperilaku yang paling tepat adalah keluarga. Bukan asrama, tempat rehabilitasi atau tempat lain. Timotius dimatangkan oleh nenek dan ibunya di rumah. Ajaran kebenaran Firman Tuhan adalah sarana yang sangat tepat untuk mendewasakan seluruh anggota keluarga. Praktekkan kebenaran dalam rumah tangga kita. Jadikan itu sebagai landasan dalam menjalankan rumah tangga. Semua naggota keluarga harus membaca, merenungkan dan mempraktekkan Firman Tuhan, karena itu adalah manusal dalam menjalankan rumah tangga. Pendewasaan juga didapat melalui menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan. Belajar untuk selalu berespon benar dalam mengatasi semua masalah. Belajar untuk menghadapinya bersama-sama agar bisa saling menopang. Maka keluarga akan sangat berfungsi sebagai tempat pendewasaan setiap anggotanya. 

4. Meninggalkan warisan.
Mempersiapkan warisan materi itu baik, tapi tidak cukup. Warisan materi adalah warisan yang bernilai rendah yang bisa kita tinggalkan bagi anak cucu kita. Bahkan jika pengelolaannya salah, warisan materi akan memecah belah keluarga. Warisan bukan hanya soal materi, tapi nilai-nilai hidup dan rohani. Warisan rohani ini bukan ditaruh di tangan anak-anak kita, tapi di hati mereka. Warisan yang ditaruh di tangan bisa milang atau diambil dengan mudah, tapi tidak seorangpun yang bisa mengambil warisan yang diletakkan orangtua di hati anaknya. Bangun nilai-nilai kebenaran dalam keluarga, jadikan kebiasaan dan dibawa ke dalam kehidupan anak selanjutnya sebagai warisan.


Saat ini banyak orang membutuhkan home, walaupun banyak orang lebih tertarik pada house. Bangunlah rumah tangga kita menjadi home bagi semua anggota keluarga. Orang yang memiliki home dan family adalah orang yang mendapat greatest blessing. Mari wujudkan hal ini dengan memenuhi panggilan keluarga kita.

Pdt. Bambang Hengky, Ibadah Raya Minggu 7 Mei 2017

No comments:

Post a Comment