MEMBANGUN RELASI DALAM KELUARGA


Mazmur 12 : 1-3 Haleluya!  Berbahagialah orang  yang takut akan TUHAN,  yang sangat suka  kepada segala perintah-Nya . Anak cucunya   akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan  ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya. 



Sebagai keluarga Kristen, kita harus memakai pola relasi atau komunikasi seperti yang Tuhan kehendaki, yaitu: relasi atau komunikasi yang berdasarkan kasih. Pola relasi  melalui: gaya  hidup, percakapan, sikap/perbuatan.
Dalam keluaga terdiri dari ayah/ suami, ibu/ istri dan anak. Jadi pola relasi yang terbentuk adalah sebagai berikut :

  1. RELASI SUAMI – ISTRI
Pertama : Istri, tunduklah kepada suami.
Hai isteri, tunduklah  kepada suamimu  seperti kepada Tuhan,  karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala  jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.Ef.5:22-23 . Mengapa  harus tunduk? Ada beberapa alasan, tapi alasan teologisnya adalah sebagai berikut : 
  • Adam diciptakan lebih dulu baru Hawa
  • Hawa diciptakan sebagai penolong bukan perorong
  • Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam
Kedua : Suami, kasihilah istrimu.
Hai suami, kasihilah isterimu  sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. (Efesus 5:25). Kasih yang dimaksudkan disini adalah kasih tanpa syarat, apapun keadaan yang dihadapi kita harus selalu mengingat janji nikah. Selain itu kasih yang tanpa pamrih, tidak ada motivasi terselubung. Kasih yang tak berkesudahan, sampai maut menjemput. Mother Theresa pernah berkata : Bagikan kasih kemana anda pergi, dimulai dari rumah  anda. Kembangkan  3 P: Pujian,Penghargaan,Penerimaan dan buanglah  3M : Menyalahkan,mengeluh,mencaci


      2.  RELASI ORANGTUA – ANAK

A. Mengajar secara berulang-ulang ( Ul.6:4-9 )
Orangtua haruslah menuntun dan mengarahkan  serta membawa anak untuk takut Tuhan. Hal itu haruslah menjadi tanggung jawab utama bagi para orangtua dan diajarkan secara terus-menerus atau berulang-ulang di setiap waktu.

B. Mendidik dalam ajaran Tuhan
Ada pepatah mengatakan “seorang ayah yang mengajar lebih dari seratus guru”, pepatah ini memberikan gambaran betapa pentingnya peran orangtua dalam mengajar. Firman Tuhan dalam Efesus 6:4 berkata : Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Disamping itu, Alkitab dengan jelas berkata Kol.3:21 “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.”.  Arti menyakiti hati berarti jangan membuat hati anak itu menjadi pahit. Pahit itu mencakup unsur: tersinggung, benci, tidak ada lagi gairah untuk dekat dengan orangtuanya, tidak mempedulikan dan masa bodoh dengan orang lain.

C. Mendidik & Menanamkan nilai-nilai firman Tuhan pada anak sejak dini
Orang tua harus selalu memberikan dukungan dan perhatian pada anak, sehingga seorang anak akan memiliki kedekatan secara emosional dengan orang tuanya. Adanya kedekatan akan membuat orangtua mudah untuk mendidik dan menanamkan nilai Firman kepada anak. Sebab, orangtua akan mengenali perasaan, bakat, minat dan potensi lain dalam diri anak secara lebih jelas. Hal ini memudahkan para orangtua untuk mendidik anak-anaknya sesuai dengan kepribadian mereka masing-masing. Amsal  22:6 Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.


HASIL DARI SEBUAH RELASI YANG SEHAT
  1. ANAK CUCU AKAN PERKASA DIBUMI, Dalam bahasa Ibrani, perkasa disebut dengan kata Gibbor, yang berarti : tangguh,mantap,kuat,berani bertanggungjawab,berkuasa dibumi. Untuk menghasilkan keturunan seperti ini harus dimulai dengan mengenal & menghormati Allah.
  2. KELUARGANYA AKAN MAKMUR
  3. KELUARGANYA SEJAHTERA SELAMA-LAMANYA


KESIMPULAN
  • Mari kita bangun pola relasi dalam keluarga kita dengan pola yang sudah Tuhan ajarkan didasari kasih dan cinta, sehingga keluarga kita menjadi keluarga yang bisa memancarkan kasih Kristus bagi keluarga-keluarga yang lain.
  • Marilah kita terus belajar memusatkan perhatian pada  pendidikan dan pertumbuhan anak kita. Supaya kita tidak menyesal di kemudian hari

Sumber gambar ilustrasi: google

No comments:

Post a Comment